Pewarna sintetis menghasilkan limbah berbahaya yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan seperti, mencemari tanah, sedimen, dan air permukaan di sekitarnya (Hikmah dan Retnasari, 2021). Limbah cair industri tekstil memiliki kandungan logam kromium yang relatif lebih tinggi dibandingkan ion logam lainnya. Logam berat dalam limbah cair tekstil digunakan pada proses pewarnaan (dyeing) (Sumantri dan Rahmani, 2020). Logam berat terlarut di dalam air sangat berbahaya bagi kehidupan organisme karena bersifat bioakumulatif yaitu logam berat berkumpul dan meningkat kadarnya dalam jaringan tubuh organisme hidup. Logam tersebut memberi dampak yang sangat buruk bagi lingkungan karena sifatnya yang sangat toksik terutama bagi kesehatan manusia bahan berbahaya beracun (B3).
Sebagai solusi yang lebih ramah lingkungan, industri fashion perlu mengambil langkah untuk beralih menuju pewarna tekstil yang ramah lingkungan. Pewarna alami (natural dye) mulai dipertimbangkan sebagai alternatif yang potensial dalam menciptakan masa depan mode yang lebih berkelanjutan. Mari kita telusuri bagaimana pewarna alami bisa menjadi kunci dalam menciptakan fashion masa depan yang lebih bertanggung-jawab.
Apa itu Pewarna Alami?
Pewarna alami berasal dari sumber-sumber organik seperti tumbuhan, hewan, dan mineral yang menghasilkan warna yang bervariasi mulai dari merah cerah hingga biru dan hijau yang lembut. Beberapa contoh sumber pewarna alami antara lain kunyit untuk warna kuning, indigo untuk biru, dan kayu secang untuk merah. Selain ramah lingkungan, pewarna alami juga memberikan warna yang unik dan sulit ditiru oleh pewarna sintetis.
Gambar I. Hasil Pewarna Alami dari Tanaman Indigofera