The Body Shop, sebagai pionir dalam kecantikan etis dan berkelanjutan, kini menghadapi tantangan besar dalam mempertahankan posisinya di pasar global. Meskipun memiliki reputasi kuat dan komitmen terhadap keberlanjutan, perusahaan ini mengalami kesulitan dalam bersaing, terutama di wilayah seperti Amerika Serikat dan Kanada, yang akhirnya mengarah pada penutupan sejumlah gerainya. Salah satu tantangan utama mereka adalah persaingan ketat di industri kecantikan. Banyak merek baru yang memiliki komitmen serupa terhadap etika dan keberlanjutan bermunculan, membuat The Body Shop sulit untuk mempertahankan keunikan.
Selain itu, perusahaan besar dengan sumber daya lebih besar sering kali mampu mengadopsi praktik ramah lingkungan dengan biaya lebih rendah, sementara The Body Shop tetap berinvestasi besar pada praktik etis yang dapat menyebabkan harga produk lebih tinggi. Akibatnya, konsumen yang sensitif terhadap harga cenderung beralih ke merek lain yang lebih terjangkau. Faktor lainnya yang berpengaruh adalah ketergantungan perusahaan pada toko fisik. Ketika preferensi konsumen beralih ke belanja daring, khususnya pasca-pandemi, fokus The Body Shop pada toko fisik menjadi kerugian. Walaupun perusahaan telah mulai mengembangkan platform digital, kehadiran online mereka tetap tertinggal dibandingkan pesaing, yang mana memengaruhi aksesibilitas dan penjualan perusahaan.
Masalah lainnya juga berasal dari biaya operasional dan manajemen keuangan. Penjualan The Body Shop dari L'Oreal ke Natura & Co. pada tahun 2017 membawa arah strategis baru, tetapi integrasi ke dalam portofolio Natura menghadirkan tantangan tersendiri. Kesulitan perusahaan untuk mencapai profitabilitas memicu spekulasi tentang kemungkinan kebangkrutan dan restrukturisasi, serta pertanyaan tentang keberlanjutan model bisnis mereka.
Dari kasus ini, pelajaran penting yang bisa dipetik adalah bahwa merek yang memiliki komitmen etis kuat tetap perlu beradaptasi dengan perubahan pasar, melakukan inovasi dalam keterlibatan digital, dan mengelola biaya operasional secara efektif agar dapat bertahan dalam persaingan ketat industri kecantikan. Terlebih lagi, kesuksesan keberlanjutan perlu didukung oleh manajemen finansial yang solid dan pemahaman mendalam tentang perubahan perilaku konsumen, terutama dalam era digital.
Biodata:
Darwin Tandjo, mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada yang memiliki ketertarikan pada bidang keuangan, perekonomian, dan geopolitik. Namun, selalu terbuka untuk mendalami topik di luar ketiga bidang tersebut melalui karya tulisnya yang difasilitasi oleh Tim ESID. Apabila memiliki ketertarikan untuk bekerja sama, penulis dapat dihubungi melalui email darwintandjo@mail.ugm.ac.id atau instagram @darwintandjo10.
Referensi:
Heartline. (2024, March 15). The Body Shop bangkrut setelah 48 tahun gulung tikar di AS dan Kanada. Heartline. Retrieved November 12, 2024, from https://heartline.co.id/the-body-shop-bangkrut-setelah-48-tahun-gulung-tikar-di-as-dan-kanada/
Poedjanarto. (2024, February 24). Analisis kebangkrutan The Body Shop: Sebuah studi kasus. LinkedIn. Retrieved November 12, 2024, from https://id.linkedin.com/pulse/analisis-kebangkrutan-body-shop-sebuah-studi-kasus-poedjanarto-0sx0c
Zakarias, R. (2024, April 17). Kasus The Body Shop, pelajaran berharga untuk bisnis berkelanjutan. Social Impact. Retrieved November 12, 2024, from https://www.socialimpact.id/news/rio-zakarias-kasus-the-body-shop,-pelajaran-berharga-untuk-bisnis-berkelanjutan