Masalah Pemborosan Makanan di Indonesia
Data dari The Economist pada laporan yang berjudul Fixing Food: Towards the More Sustainable Food System pada tahun 2011 menyebutkan bahwa Indonesia tercatat sebagai negara yang menghasilkan sampah makanan (food waste) terbesar kedua di dunia setelah Arab Saudi (Koran Tempo, 2023). Data dari Bappenas pada 2021 menunjukkan bahwa jumlah limbah makanan yang tidak dapat diolah (food loss) dan sisa makanan yang sudah siap dikonsumsi (food waste) yang dihasilkan oleh satu individu di Indonesia mencapai 184 kg setiap tahunnya, atau sebanyak 48 juta ton. Apabila limbah makanan ini tidak terbuang, maka akan memungkinkan untuk memberi makan sekitar 125 juta orang yang hidup dalam kemiskinan (Bappenas, 2021).
Banyaknya makanan yang terbuang memiliki andil signifikan dari sektor hotel, restoran, catering, supermarket, serta kebiasaan individu yang meninggalkan makanannya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Aksamala Foundation pada tahun 2016, sebanyak 35% restoran di Jakarta membuang sisa makanan yang tidak terjual, dengan rata-rata sebesar 2-3 kilogram per hari per restoran (Koran Tempo, 2023).
Solusi Inovatif: Surplus Indonesia
Melihat banyaknya makanan yang terbuang di Indonesia, dibutuhkan solusi inovatif untuk mengatasi pemborosan makanan, salah satunya lewat aplikasi revolusioner yang dirancang untuk menjembatani pihak yang memiliki makanan berlebih dan mereka yang membutuhkannya. Dengan memanfaatkan teknologi, aplikasi ini memungkinkan penjual untuk mendonorkan makanan yang tidak terpakai kepada komunitas yang membutuhkan.
Beberapa aplikasi yang bertujuan mengurangi pemborosan makanan di Indonesia adalah Surplus, DamoGo, dan Garda Pangan. Di antara aplikasi-aplikasi yang ada, Surplus menjadi salah satu pilihan yang baik untuk jadi acuan karena aplikasi ini telah memberikan dampak nyata dalam mengurangi pemborosan makanan. Surplus merupakan aplikasi revolusioner yang memberikan inisiatif ekonomi sirkular dengan menciptakan platform berbasis aplikasi yang menghubungkan pengusaha di industri makanan dan minuman dengan konsumen, memungkinkan produk-produk yang belum terjual habis dapat dijual dengan cepat kepada pelanggan dengan setengah harga.
Manfaat dari inisiatif ini dirasakan oleh dua pihak, yaitu penjual dan pembeli. Penjual dapat memperoleh pendapatan tambahan sekaligus mengurangi limbah makanan, sementara pembeli dapat membeli makanan dengan harga yang lebih murah dan mengurangi pemborosan makanan. Penjual food and beverage yang terdaftar seperti UMKM yang menjual makanan rumahan, toko roti, supermarket, hotel, dan pedagang buah serta sayur yang menjual kelebihan stok atau hasil panen yang tidak sempurna (Bappenas, 2022).
Dengan mengusung tagline save food, save budget, save planet, Surplus mendukung pengurangan penggunaan kemasan sekali pakai dengan mendorong pelanggan untuk membawa tas belanja sendiri saat menggunakan aplikasi Surplus dan memilih opsi "Ambil Sendiri" di toko. Pelanggan akan memperoleh diskon 25% setiap kali menggunakan kotak makanan atau tas belanja pribadi mereka, sehingga mendorong penerapan strategi penggunaan ulang.
Dampak Positif Surplus Indonesia
Hingga akhir Maret 2022, tim Surplus telah menyelamatkan lebih dari 10.000 hidangan sehingga makanan tersebut tidak terbuang percuma, mencegah lebih dari 100 ton emisi CO2 yang akan dihasilkan jika makanan tersebut berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA), menyelamatkan sebanyak 12 ton makanan dari pembuangan yang tidak perlu, mengurangi penggunaan plastik sebanyak 10% dari pengguna aplikasi Surplus, dan memberikan manfaat kepada lebih dari 100.000 penerima manfaat di 10 kota (Bappenas, 2022).
Upaya Pengurangan Pemborosan Makanan
Upaya mengurangi pemborosan makanan di Indonesia melibatkan berbagai pihak, termasuk pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat. Pemerintah dapat membuat kebijakan yang mendorong pengurangan pemborosan makanan, sektor swasta dapat mengubah cara mereka memesan dan menyimpan makanan, dan masyarakat dapat lebih sadar tentang jumlah makanan yang mereka buang. Teknologi juga berperan penting, dengan aplikasi seperti Surplus, DamoGo, dan Garda Pangan yang memungkinkan donasi makanan yang tidak terjual kepada mereka yang membutuhkannya.
Ringkasan
Surplus Indonesia adalah aplikasi revolusioner yang mengurangi limbah makanan dengan menghubungkan penjual dan pembeli, mendukung ekonomi sirkular dan keberlanjutan. #SaveFoodSaveBudgetSavePlanet
Penulis : Sri Arthauli
Referensi:
Bappenas. (2021). Pengelolaan Limbah Makanan yang Berkelanjutan Berkontribusi pada Pembangaunan Rendah Karbon di Indonesia. Indonesia Green Growth Program. Diakses dari http://greengrowth.bappenas.go.id/pengelolaan-limbah-makanan-yang-berkelanjutan-berkontribusi-pada-pembangunan-rendah-karbon-di-indonesia/
Bappenas. (2022). The Future is Circular. Diakses dari https://lcdi-indonesia.id/wp-content/uploads/2022/08/The-Future-is-Circular.pdf
Koran Tempo. (2023). Lewat Aplikasi Mencegah Makanan Terbuang Percuma. Koran Tempo. Diakses dari https://koran.tempo.co/read/info-tempo/479724/lewat-aplikasi-mencegah-makanan-terbuang-percuma